Fenomena Bumi Oleng: Apakah Aktivitas Manusia Penyebabnya?

Fenomena Bumi Oleng: Apakah Aktivitas Manusia Penyebabnya?

Fenomena Bumi Oleng – Tidak banyak yang menyadari bahwa aktivitas manusia ternyata memiliki dampak besar pada stabilitas planet ini. Salah satu contohnya adalah pemompaan air tanah, yang menurut penelitian dapat menyebabkan rotasi Bumi menjadi miring hingga hampir 80 cm. Aktivitas ini juga berkontribusi pada kenaikan permukaan laut, memperburuk dampak perubahan iklim global.

Ahli geofisika dari Universitas Nasional Seoul, Ki Weon Seo, menjelaskan bahwa titik rotasi Bumi—yang dikenal sebagai gerakan kutub—mengalami banyak perubahan akibat redistribusi massa di permukaan Bumi. Fenomena ini mirip dengan cara kerja sebuah gasing. Ketika ada perubahan dalam distribusi berat, putaran gasing akan menjadi tidak stabil dan bergeser.

Distribusi berat yang tidak seimbang di Bumi, misalnya akibat pemompaan air tanah dalam jumlah besar, menyebabkan rotasi planet ini sedikit bergeser. Dampak kecil ini, jika terjadi secara terus-menerus, dapat memicu perubahan besar dalam keseimbangan planet kita.

Penemuan ini memberikan peringatan bahwa aktivitas sehari-hari kita—seperti eksploitasi sumber daya alam—tidak hanya berdampak pada lingkungan lokal, tetapi juga pada stabilitas planet secara keseluruhan.

Redistribusi Air Tanah dan Dampaknya pada Pergeseran Kutub Rotasi

Menurut ahli geofisika Universitas Nasional Seoul, Ki Weon Seo, redistribusi air tanah memiliki peran besar dalam pergeseran kutub rotasi Bumi. Dalam wawancara yang dikutip dari IFLScience pada Jumat (29/11/2024), Ki Weon Seo menjelaskan bahwa aktivitas manusia yang berkaitan dengan iklim, seperti pemompaan air tanah, ternyata memiliki dampak signifikan pada stabilitas rotasi planet kita.

“Studi kami menunjukkan di antara penyebab terkait iklim, redistribusi air tanah sebenarnya berdampak besar pada pergeseran kutub rotasi,” ujarnya.

Redistribusi ini terjadi ketika air tanah diekstraksi secara masif untuk keperluan pertanian, industri, atau konsumsi, kemudian air tersebut masuk ke laut atau atmosfer, mengubah distribusi massa di permukaan Bumi. Hal ini menyebabkan perubahan pada titik rotasi planet, mirip dengan efek keseimbangan berat pada sebuah gasing.

Penemuan ini menyoroti betapa aktivitas manusia, meskipun terlihat sederhana, memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar daripada yang kita duga, memengaruhi tidak hanya lingkungan lokal tetapi juga dinamika planet secara keseluruhan.

Penelitian Lebih Lanjut: Dampak Redistribusi Air pada Rotasi Bumi

Pada 2016, sebuah penelitian sudah menunjukkan bahwa distribusi air di Bumi dapat memengaruhi rotasi planet ini. Namun, studi yang dilakukan oleh Ki Weon Seo dan timnya menawarkan analisis yang jauh lebih rinci dan mendalam tentang hubungan tersebut.

Dalam penelitian terbarunya, Ki Weon Seo membuat model perubahan yang memperhitungkan pergeseran kutub rotasi Bumi serta pergerakan air akibat redistribusi air tanah. Model ini diuji dengan berbagai skenario, menggunakan data empiris tentang redistribusi massa air di Bumi.

Hasilnya menunjukkan bahwa redistribusi 2.150 gigaton air tanah dapat menyebabkan pergeseran kutub rotasi Bumi sejauh 4,3 cm. Penemuan ini mendukung studi sebelumnya, tetapi dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi, menggarisbawahi dampak besar aktivitas manusia terhadap stabilitas planet.

Penelitian ini menjadi peringatan penting bahwa eksploitasi sumber daya alam, seperti pemompaan air tanah secara masif, tidak hanya berdampak lokal tetapi juga memengaruhi dinamika global planet kita, termasuk rotasi Bumi.

Dampak Penggunaan Air Tanah terhadap Rotasi Bumi

Perubahan pada kutub rotasi Bumi tidak hanya menarik untuk dipelajari dari sudut pandang astronomi, tetapi juga memberikan wawasan penting tentang variasi penyimpanan air dalam skala benua. Menurut Ki Weon Seo, pengamatan ini dapat membantu memahami bagaimana air didistribusikan di seluruh planet.

Air tanah, berbeda dengan air di sungai atau danau, berasal dari hujan yang meresap ke dalam tanah. Sumber daya ini menjadi sangat vital karena setengah populasi dunia bergantung pada air tanah untuk kebutuhan air minum, sementara sepertiga irigasi dunia menggunakan air tanah.

Penggunaan air tanah telah meningkat pesat, terutama sejak abad ke-20, ketika eksploitasi sumber daya ini dilakukan dalam skala besar. Data menunjukkan bahwa antara 1993 hingga 2010, sebanyak 2.150 gigaton air tanah telah dipompa keluar dari dalam tanah. Jumlah ini setara dengan sekitar 9,09 kuadriliun cangkir air.

Redistribusi air tanah dalam skala besar seperti ini tidak hanya mengurangi cadangan air bawah tanah tetapi juga mengubah distribusi massa di permukaan Bumi, yang pada gilirannya memengaruhi stabilitas rotasi planet kita. Penemuan ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengelola sumber daya air tanah secara berkelanjutan, demi melindungi stabilitas lingkungan dan dinamika planet.

 

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *