loading…
Michel ESDM Bahlil Lahadalia bersuara terkait tudingan bahwa dirinya telah membohongi Presiden Prabowo Subianto mengenai situasi kelistrikan di Aceh, terutama setelah bencana banjir dan longsor yang melanda. Ini menjadi perhatian publik mengingat banyaknya warga yang masih merasakan dampak negatif dari bencana tersebut.
Dalam berbagai diskusi dan laporan, Bahlil menegaskan bahwa data yang disampaikan terkait pemulihan listrik dianggap tidak mencerminkan situasi riil yang ada di lapangan. Dia juga menjelaskan bahwa laporan tersebut didapat dari PT PLN, yang memberikan informasi mengenai kondisi kelistrikan di Aceh.
Bahlil menjelaskan bahwa dirinya melakukan rapat bersama PT PLN dan Pertamina untuk membahas kondisi kelistrikan pascabencana tersebut. Pada saat itu, PLN melaporkan bahwa kondisi kelistrikan di Aceh sudah mencapai 93% per 7 Desember 2025, meskipun kenyataannya, banyak daerah yang masih mengalami pemadaman listrik.
Menteri ESDM Menanggapi Kritik Mengenai Laporan Kelistrikan Aceh
Usai mendapatkan kritik tersebut, Bahlil menjelaskan secara rinci mengenai proses pelaporan yang dilakukan oleh PLN. Dalam rapat tersebut, ia meminta agar laporan yang akurat dan terbaru dapat disampaikan untuk memastikan bahwa informasi yang diterima oleh Presiden adalah informasi yang valid.
“Saya menganggap bahwa data yang diterima mungkin tidak mencakup semua daerah yang terdampak. PLN memang memberikan laporan bahwa sebagaimana di lapangan, ada beberapa kendala yang mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan,” ujar Bahlil dalam pernyataannya.
Dia menambahkan bahwa saat rapat, berdasarkan laporan PLN, ada beberapa daerah yang sudah bisa mendapatkan kembali pasokan listrik. Namun, ia juga menegaskan pentingnya untuk tidak saling menyalahkan dalam situasi seperti ini, mengingat banyak faktor yang mempengaruhi pemulihan pasokan listrik.
Pentingnya Transparansi Dalam Laporan Bencana
Bahlil menekankan bahwa transparansi dalam laporan serta komunikasi yang baik antara pihak berwenang dan masyarakat sangatlah krusial. Dia merasa bahwa salah satu tantangan terbesar dalam situasi bencana adalah bagaimana informasi dapat dipertukarkan secara efektif dan efisien di antara semua pihak.
“Komunikasi yang jelas dapat mencegah munculnya miskomunikasi yang dapat menambah kepanikan di masyarakat. Langkah-langkah pemulihan harus didukung oleh data yang valid dan dapat dipercaya,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Bahlil juga mengajak masyarakat untuk tetap bersabar dan memahami bahwa proses pemulihan memerlukan waktu, terutama dalam situasi darurat seperti bencana yang mempengaruhi infrastruktur secara luas.
Kendala dalam Proses Pemulihan Listrik di Aceh
Meskipun PLN melaporkan pemulihan listrik mencapai 93%, faktanya masih ada daerah-daerah tertentu yang belum sepenuhnya teraliri listrik. Bahlil menekankan bahwa kendala teknis di lapangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan pemulihan tersebut.
“Salah satu faktor utama adalah kondisi geografis dan kerusakan infrastruktur yang parah akibat bencana. Kami harus memastikan setiap titik kebutuhan terlayani dengan baik sebelum melaporkan kepada Presiden,” katanya.
Dia juga mengingatkan bahwa situasi bencana sering kali tidak dapat diprediksi, dan perlunya upaya ekstra untuk menjangkau daerah-daerah yang terdampak parah. Penyelesaian masalah ini memerlukan kerja sama semua stakeholder terkait untuk mencapai pemulihan yang optimal.
